LOMBOK TIMUR - Ketua umum asosiasi bank sampah indonesia (ASOBSI), Saharuddin Ridwan diundang sebagai pembicara dalam seminar nasional di Lombok Timur kamis (12/12/2019)
Dalam kesempatan tersebut, sahar memaparkan bagaimana circular economy dalam pengelolaan bank sampah. Menurutnya pihak-pihak yang berkompeten seperti industri, produsen, pemerintah, bank sampah, dan masyarakat.
"Potensi bank sampah ini luar biasa mempengaruhi program pengurangan sampah, dan tentunya harus bersinergi dengan semua pihak," katanya
Salah satu pendekatan dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan (sustainable waste management) yang saat ini ramai diperbincangkan adalah pendekatan circular economy. Pendekatan tersebut sudah diadopsi sejumlah negara, seperti Jepang (dengan istilahsoundmaterial-cycle society), Korea Selatan (dengan istilah greengrowth), Tiongkok, dan Uni Eropa.
“Konsep circular economy, yaitu memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru. Ini dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual,” kata mantan jurnalis tv nasional ini.
Lebih lanjut, Sahar menjelaskan, prinsip circular economy sejatinya berakar kepada strategi 3R alias pengurangan (reduce), guna ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) yang notabene merupakan spirit utama UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah dan PP No 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sebagai langkah nyata penerapan circular economy, lanjutnya, pemerintah tengah membangun tiga pilotprojects pengembangan model sampah kemasan melalui program kolaborasi dengan produsen, industri daur ulang, bank sampah, sektor informal, juga kelompok masyarakat.
Selain sahar, hadir pula penggagas sampah pertama di Indonesia, Bambang Suwerda dan ketua umum Adupi Cristin Halim dan aktifis bank sampah ternama di NTB Syawaluddin.
Komentar