DHEANMEDIA.COM PEKANBARU - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendatangi SMPN 18 Pekanbaru, Riau, yang 55 siswanya menggores tangan secara bersamaan. Hasilnya, KPAI menilai ada hubungan antara video di YouTube dengan aksi para siswa itu.
"KPAI bersama jajaran cyber crime kepolisian menemukan adanya hubungan antara prilaku anak menggores bagian tubuh mereka memakai benda tajam dan beberapa posting-an video, baik itu YouTube maupun media sosial lainnya, yang diduga menjadi faktor pemicu kejadian ini," ujar komisioner KPAI Sitti Hikmawatty dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Jumat (5/10/2018).
"Untuk itu, tayangan-tayangan tersebut telah diamankan guna diteliti lebih lanjut oleh kepolisian dan instansi terkait lainnya," sambungnya.
Selain itu, Sitti mengatakan, di antara 55 siswa yang melakukan aksi tersebut, ada satu anak yang positif menggunakan zat terlarang. Dia mengatakan saat ini sudah dilakukan tindakan lanjutan untuk proses rehabilitasi anak tersebut.
"Memang terdapat satu orang siswa yang positif urinenya terkontaminasi oleh napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Terhadap siswa tersebut, KPAI segera melakukan koordinasi dengan BNN untuk melakukan tindakan lanjutan serta rehabilitasi," ucapnya.
Dia juga menjelaskan anak-anak itu mempunyai masalah pribadi yang berat. Sitti menyebut anak-anak tersebut merasa tidak mempunyai harapan hidup sehingga melakukan tindakan tersebut.
"Pendalaman dilakukan oleh KPAI kepada beberapa anak yang mengalami masalah pribadi yang mereka anggap cukup berat, hingga tidak sanggup mengatasinya. Anak-anak ini butuh figur, butuh kawan berdiskusi, serta sahabat berbagi, namun mereka merasa tidak menemukan sosok seperti harapan mereka, sehingga memancing rasa kesepian dan terabaikan yang berujung pada perasaan putus asa," kata Sitti.
Untuk mengantisipasi hal serupa, rencananya besok Sabtu (6/10) KPAI akan memberikan penyuluhan kepada orang tua anak-anak di SMPN 18 Pekanbaru. Tujuannya agar lebih maksimal menjaga anak-anaknya.
Sebelumnya, pihak SMP Negeri 18 Pekanbaru menyebutkan puluhan muridnya yang melakukan gores tangan tergolong berprestasi. Hal itulah yang membuat pihak sekolah kaget mengapa siswa yang nilainya di atas rata-rata itu melakukan aksi gores tangan.
"Dari awal kami razia, terdapat 55 anak-anak kami yang menggores tangannya. Dan kami sempat kaget, umumnya mereka anak-anak yang berprestasi. Artinya, mereka tidak tergolong yang kurang pintar," kata Kepala SMP Negeri 18 Pekanbaru Lily Deswita,Kamis (4/10).
Komentar