DHEANMEDIA.COM KAPUAS HULU - Kejutan kembali ditorehkan oleh tim explorasi biodiversitas Bukit Semujan kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Seekor Langur Borneo (Presbytis chrysomelas ssp. cruciger Thomas, 1892) secara tak terduga muncul di lokasi eksplorasi dan berhasil diabadikan salah seorang tim eksplorasi bernama Asri Ali Gessa. Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum) Arief Mahmud mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi temuan tersebut dan hal ini membuktikan bahwa keragaman biodiversitas di Bukit Semujan sangat tinggi. "Saya mengapresiasi sekali tim eksplorasi yang berhasil menemukan jenis Langur tergolong langka ini. Temuan ini menunjukkan bahwa kawasan TNDS khususnya Bukit Semujan menyimpan keragaman biodiversitas tinggi." jelasnya. Selain itu, dirinya berharap ada upaya tindak lanjut atas hasil eksplorasi ini dengan fokus pada beberapa spesies yang tergolong kritis seperti halnya Langur Borneo.
Senada dengan Arief, koordinator tim eksplorasi Bukit Semujan, Tulus Pambudi menyampaikan bahwa temuan Langur Borneo ini berkontribusi signifikan bagi dunia sains khususnya primata dalam konteks penambahan informasi. Menurutnya, selama ini IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) mencatat bahwa Langur Borneo hanya terdapat di 5 Taman Nasional di Malaysia. “Temuan di Indonesia khususnya di TNDS ini menjadi menarik karena IUCN, catatannya hanya ada di 5 TN di Malaysia.” jelasnya. Staf PEH di BBTN Bentarum ini juga menekankan adanya upaya tindak lanjut paska eksplorasi Semujan. Menurutnya perlu adanya identifikasi distribusi atau sebaran Langur Borneo serta habitatnya di wilayah TNDS. Selain itu monitoring populasiny karena status IUCN jenis monyet ini tergolong terancam kritis atau Critical Endangered (CE). Tulus juga menekankan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat sekitar Bukit Semujan untuk menjaga satwa dan tumbuhan yang hidup didalamnya mengingat kemiripan Langur ini dengan monyet Kelasi (Presbystis rubicunda) yang statusnya tergolong Least Concerned (LC). “Bukit Semujan ini digunakan masyarakat untuk mencari nafkah karenanya sosialisasi Langur Borneo sebagai hewan terancam punah dan dilindungi kepada masyarakat menjadi penting, sehingga masyarakat bisa bijaklah." ujarnya.
Asri Ali Gessa staf Polhut Tana Bentarum yang berhasil menangkap gambar langur ini mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui jika jenis ini merupakan satwa yang sangat angka dan terancam punah. Diceritakan Acy sapaan akrabnya, dirinya dan tim tengah berjalan mencari spesies kupu-kupu. Dalam tim ini dia dimasukkan ke dalam kelompok peneliti Kupu-kupu dari 8 tim peneliti yang ada. Jalannya dihentikan oleh suara satwa mirip burung yang awalnya oleh tim dipikir Owa Kalimantan atau Kelampiau karena suaranya yang mirip. “Kami mendengar suara mirip burung, kami kira Kelampiau (Hylobates muelleri) trus kami lihat ternyata jenis lain.” ujarnya. Merasa satwa yang ditemukan sangat unik, Acy bergegas mengejarnya dan pada usaha yang ketiga dirinya berhasil menangkap obyek menggunakan kameranya. “Lumayan jauh, tinggi 50 meter diatas pohon dari posisi kami, kami diskusi dengan ketua tim semujan ternyata jenis Prebystis chrisomelas ssp crusiger ya lumayan terkejutlah.” ujar Polhut di Seksi PTN Wilayah IV BBTN Bentarum ini.
Eksplorasi Bukit Semujan merupakan program BBTN Bentarum yang strategis dan terbagi ke dalam 8 kelompok besar dari mulai Herpetofauna, Mamalia, Primata, Avifauna, Serangga, Goa serta tim sosial ekonomi masyarakat. Bukit ini terletak di tengah kawasan TN Danau Sentarum yang dekat dengan Resort Semangit. Hasil eskplorasi menunjukkan nilai konservasi kawasan tergolong tinggi (High Conservation Value) karena tim berhasil menjumpai 2 spesies Critical Endangered yaitu Orangutan (Pongo pygmaeues pygmaeus) dan Langur borneo (Prebystis Chrysomelas) serta 2 spesies endangared yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Selain itu 4 spesies yang tergolong vurnerable atau terancam juga ditemukan diantaranya beruang madu (Helarctos malayanus), babi berjenggot (Sus barbatus), pelatuk kelabu besar (Mulleripicus pulverulentus) dan cica daun besar (Chloropsis sonnerati). (**)
Komentar